70% Perusahaan Secara Bertahap Hentikan Penggunaan Telur dari Produksi Kandang Baterai

ABOUTSEMARANG – LSM internasional Sinergia Animal merilis sebuah laporan dari hasil survei lebih dari lima puluh perusahaan makanan, dan menyoroti bahwa 70% dari perusahaan tersebut (35 perusahaan) telah secara bertahap menghentikan penggunaan telur yang diproduksi di kandang baterai.

Delapan dari 35 perusahaan telah memberikan bukti progres yang spesifik untuk kemajuan transisi kebijakan bebas kandang baterainya di pasar Asia: Aramark, Kraft Heinz, Lotus’s, Marriott, Pizza Express, SaladStop!, Unilever, dan Wyndham Destinations.

Manajer Corporate Communications di Asia di Sinergia Animal, Phichamon (Amanda) Thamasook, mengungkapkan bahwa Asia merupakan produsen telur terbesar di dunia.

“Di wilayah ini (Red: Asia) lebih dari satu miliar telur dihasilkan oleh ayam setiap tahunnya, dan mayoritas berasal dari kandang baterai konvensional: sebuah sistem yang dianggap sangat kejam sehingga telah dilarang di seluruh Uni Eropa, Kanada, Selandia Baru, dan sembilan negara bagian di AS.”

“Untungnya, hasil kami menunjukkan bahwa perusahaan di Asia memahami bahwa kandang baterai harus disingkirkan dan juga beralih ke praktik yang lebih ramah hewan”, lanjutnya.

Kandang baterai merupakan sebuah metode peternakan yang menggunakan kandang sangat kecil, yang membuat para hewan hampir tidak bisa bergerak. Ayam yang merupakan makhluk sosial, tidak dapat melakukan perilaku paling dasar mereka seperti bertengger, bersarang, mandi debu, atau merentangkan sayapnya sepenuhnya.

Laporan tersebut, yang disebut sebagai
Cage-Free Tracker yang menampilkan kebijakan perusahaan dari lima negara Asia: India, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Thailand.

Perusahaan yang berkomitmen pada kebijakan bebas kandang baterai telah berjanji untuk hanya memasok telur dari ayam yang hidup dalam sistem bebas kandang, agar mereka bisa menjalani kehidupan alamiah mereka, dapat bergerak lebih bebas, dan dapat melakukan berbagai perilaku penting bagi kesejahteraan mereka.

BACA JUGA :   Harga Telur Anjlok, Rumah Zakat Borong Telur dari Peternak

Temuan utama

Laporan tersebut memperlihatkan sistem tingkat kemajuan perusahaan-perusahaan yang
diperlihatkan secara visual yang berguna bagi para konsumen, dengan visualisasi peringkat bagi perusahaan yang telah berkomitmen dan juga melaporkan perusahaan-perusahaan yang belum mengumumkan kebijakan bebas kandang secara publik.

Di tingkat terbawah, beberapa perusahaan dilaporkan tidak memiliki komitmen bebas kandang di Indonesia, meskipun banyak dari perusahaan multinational seperti McDonald’s, A&W, dan Subway telah memiliki komitmen di wilayah lain di dunia.

Inisiatif ini juga bertujuan untuk memberikan transparansi dan pengakuan atas kemajuan yang dibuat perusahaan dalam membuat rantai pasok mereka juga bebas kandang. Sebanyak 28 perusahaan yang beroperasi di Indonesia merespon, dengan 64.10% diantaranya melaporkan kemajuan dalam pengadaan telur bebas kandang. Termasuk diantaranya adalah Kraft Heinz, Pizza Express, dan SaladStop!.

“Kami berharap dapat melihat lebih banyak kemajuan menuju produksi telur bebas kandang di Asia di tahun-tahun mendatang. Kekhawatiran konsumen mengenai asal muasal makanan mereka ikut meningkat, menyebabkan perusahaan berupaya meningkatkan standar kesejahteraan hewan,” tambah Thamasook.

Dalam sepuluh tahun terakhir, secara global, lebih dari 2,300 perusahaan makanan telah berkomitmen untuk menghentikan pengadaan telur dari peternakan yang menggunakan kandang baterai. Saat ini, wilayah Asia dengan cepat menjadi wilayah penting bagi kebijakan ini. Pada tahun 2021 saja, ada 36 komitmen baru bebas kandang di Asia dan 23 tiga komitmen global yang berlaku di wilayah tersebut.

Sinergia Animal berencana untuk terus melakukan pelacakan progres implementasi kebijakan bebas kandang kepada perusahaan-perusahaan ini setiap tahunya, bagi perusahaan yang beroperasi di Asia.

“Kami berharap dengan menjelaskan progres ini, dan dapat menginspirasi lebih banyak perusahaan untuk bergabung dengan gerakan global yang bertujuan untuk menghasilkan lebih banyak makanan yang lebih berwelas asih”, pungkas Thamasook.

Sharing:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan