Besok! Fenomena Langka Hari Tanpa Bayangan di Semarang Terjadi Jam Ini
ABOUTSEMARANG – Fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari di Indonesia telah terjadi sejak minggu lalu. Menurut analisis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), fenomena Hari Tanpa Bayangan Matahari di Indonesia terjadi mulai Rabu, 7 September 2022 hingga Jumat, 21 Oktober 2022 mendatang.
Pada pekan matahari akan berada tepat berada di atas sejumlah wilayah di Pulau Jawa hari ini 11 Oktober 2021 yang menyebabkan fenomena hari tanpa bayangan hari ini, mulai dari Bandung, Semarang, hingga Surabaya.
Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Fenomena ini terjadi pada saat matahari tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit, yang membuat bayangan benda tegak akan terlihat menghilang karena bertumpuk dengan benda itu sendiri.
Di Kota Semarang, hari tanpa bayangan terjadi pada Selasa (11/10), pada pukul 11.25.08 WIB. Sedangkan untuk wilayah Tegal dan sekitarnya fenomena hari tanpa bayangan terjadi dihari yang sama yakni pukul 11.30.15 WIB.
Tips untuk bisa menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan itu bisa dengan menyiapkan benda tegak seperti tongkat, spidol atau benda lain yang dapat ditegakkan. Nah, pada waktu ditentukan tersebut, letakkan benda bersangkutan di permukaan yang rata.
Setelah itu, amati bayangannya. Jangan lupa mendokumentasikannya dengan foto atau rekaman video saat proses tidak adanya bayangan matahari itu.
Selain itu masyarakat yang ingin melakukan pengamatan disarankan untuk mengkaibrasikan jam yang akan digunakan untuk menandai waktu melalui https://jam.bmkg.go.id. Kemudian amati bayangan yang dihasilkan oleh benda pada tanggal dan jam yang sudah ditentukan.
Lebih lanjut, fenomena hari tanpa bayangan disebut hanya dapat diamati ketika cuaca cerah. Dan diperkirakan cuaca Semarang pada saat fenomena tersebut berawan dan hujan ringan sore hari.
Selain itu Fenomena hari tanpa bayangan disebut tidak berlaku saat tutupan awan cukup besar yang menyebabkan suku permukaan Bumi cenderung menurun, meskipun hawa gerah tetap dapat dirasakan akibat berkurangnya kelembaban.
(atn)