Ini Jam Rawan Kecelakaan di Tol Semarang-Solo yang Wajib Pemudik Tahu

ABOUTSEMARANG – Beberapa waktu belakangan, tingkat fatalitas kecelakaan di ruas Tol Semarang-Solo yang melintasi Boyolali sangat tinggi.
Tercatat pada periode 14-15 April 2023 saja, ada beberapa kecelakaan yang terjadi dan menyebabkan sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia.
Sementara sejak bulan Januari-April 2023 sendiri, total ada sebanyak 16 orang yang menjadi korban meninggal dunia pada kecelakaan yang terjadi di ruas Tol Semarang-Solo.
Berdasarkan catatan Satlantas Polres Boyolali, pada 2022, terjadi 51 kasus kecelakaan di jalan tol Semarang-Solo dengan sembilan korban meninggal dunia.
Sedangkan pada 2023, selama Januari-April sudah terjadi 10 kasus kecelakaan di ruas Tol Semarang-Solo. Tingkat fatalitas jalur A menyebabkan 16 korban meninggal dunia, empat luka berat, 17 luka ringan. Fatalitas jalur B tercatat dua korban luka ringan.
Untuk diketahui, Tol Semarang-Solo yang melintas di Boyolali sekitar 34 kilometer yakni dari Kilometer (KM) 471-505.
Dari ruas tersebut, terjadi tiga kasus kecelakaan di KM 475-480. Di KM 485-490 dua kasus kecelakaan dengan delapan korban meninggal dunia, tiga luka berat, dan 13 luka ringan.
Di KM 471-475 ada satu kasus dengan korban tiga meninggal dunia, satu luka ringan.
Adapun kasus kecelakaan berdasarkan waktu kejadian yakni, pukul 00.00-06.00 sebanyak empat kasus; pukul 06.00-12.00 dua kasus; pukul 12.00-18.00 empat kasus, pukul 18.00-24.00 nihil kasus.
Dari waktu tersebut dapat diperkirakan untuk jam rawan kecelakaan di ruas Tol Semarang-Solo antara pukul 02.00 -05.45 dan pukul 12.00- 18.00.
“Menekan laka lantas, perlu adanya pembenahan di jalur tol Boyolali. Karena tidak mungkin dari kepolisian membangun sarana prasarana jalan tol. Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) kami, yakni melakukan patroli,” ujar Kasatlantas Polres Boyolali AKP M. Herdi Pratama, Selasa, 18 April 2023.
Terkait pembenahan tersebut, menurut hasil forum group discussion (FGD) belum lama ini, di tol Semarang-Solo perlu penambahan rest area baru, atau perluasan rest area yang sudah ada.
Termasuk menambahkan clear zone sebagai jalur darurat apabila pegemudi kehilangan kendali maupun kerusakan sistem pengereman.
Herdi juga menambahkan kekurangan rest area yang memadai berdampak pada pengemudi truk.
Ketika rest area penuh, otomatis kendaraan diminta untuk meneruskan perjalanan. Padahal, ada batasan jarak tempuh kendaraan berat yang berimbas pada ban yang panas.
Sehingga banyak kejadian kendaraan berat terpaksa berhenti dan menggunakan bahu jalan tol untuk mengistirahatkan kendaraan dan badan.
“Jadi agak dilematis juga kita. Dilema untuk meminta mereka lanjut, tapi mereka trouble pada sistem pengereman, atau mereka berhenti (di bahu jalan,red) dan rawan tertabrak dari belakang. Salah satu ketika rest area penuh, silakan keluar tol terlebih dahulu untuk beristirahat,” terangnya.
Direktur Utama (Dirut) PT Trans Marga Jateng (TMJ) Rajudi mengatakan, rest area 487 A dan 487 B merupakan rest area tipe B dengan kapasitas terbatas. Jika dilakukan perluasan rest area 487 A terganjal pada ketersediaan lahan.
Oleh karena itu, yang memungkinkan untuk dilakukan adalah penambahan rest area. Diketahui sudah ada empat titik yang disiapkan. Namun untuk realisasinya tinggal menunggu minat investor.
Diketahui rest area 487 A memiliki luas 1,1 hektare. Kapasitas parkir hanya 20 kendaraan besar dan 30 kendaraan kecil. Kondisi rest area memang cukup ramai.***