Nantikan! Fenomena Supermoon Bakal Terjadi Malam Ini, Waspada Dampaknya

ABOUTSEMARANG – Fenomena Supermoon akan terjadi pada Selasa, 1 Agustus 2023.

Nantinya, Supermoon diketahui akan menghiasi langit malam dengan penampakan bulan yang tampak lebih besar dan cerah.

Selain itu, fenomena tersebut dapat disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang.

Banyak orang berbicara tentang efek fenomena astronomi pada manusia dan planet bumi, termasuk Supermoon. Informasi yang beredar terkadang melebih-lebihkan dan tidak memiliki dasar ilmiah.

Untuk diketahui, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa supermoon menyebabkan gempa, letusan gunung berapi, cuaca ekstrem bahkan tsunami.

Bulan memang menjadi kekuatan pendorong pasang surut Bumi. Saat fase Bulan purnama dan Bulan baru adalah saat Bumi, Matahari, dan Bulan berbaris untuk menghasilkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Pasang surut air laut tetap harus diwaspadai, terutama bagi masyarakat di kawasan pesisir laut.

Mengutip dari laman Edukasi Sains dan Antariksa BRIN, pasang laut ini disebut juga sebagai pasang purnama, karena konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan (atau Matahari-Bulan-Bumi) yang segaris dan mengakibatkan masing-masing gaya diferensial (gaya pasang surut) yang ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari memiliki arah yang sama.

Sementara itu, fenomena supermoon kerap memukau dan disebut-sebut sebagai penggambaran Bulan yang tampak lebih besar dari biasanya.

Astronom menolak istilah supermoon dan secara teknis lebih memilih menyebutnya sebagai syzygy purnama perigee atau Bulan purnama perigee (Bulan berada di titik terdekat dengan Bumi) yang lebih tepat.

Karena pada kenyataannya, Bulan purnama di perigee tampak hanya 14% lebih besar karena lebih dekat dengan kita, dan hanya 30% lebih terang dari Bulan purnama apogee (Bulan berada di titik terjauh dengan Bumi).

BACA JUGA :   Apa Itu Fenomena Klitih Hingga #YogyaTidakAman Trending di Twitter

Supermoon juga hanya sekitar 7% lebih besar dan 15% lebih terang dari rata-rata bulan purnama.

Tanpa perbandingan berdampingan, memang sulit untuk menemukan perbedaan dari satu bulan ke bulan berikutnya, tetapi perubahan ukuran Bulan dapat direkam melalui fotografi astronomi.

Perbedaan kecerahan tersebut disebabkan oleh pantulan cahaya dari permukaan Bulan yang sampai ke Bumi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.***

Sharing:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan