Wali Kota Semarang Wajibkan ASN Pakai Baju Adat Semarangan Sebulan Sekali

ABOUTSEMARANG – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi terus tunjukkan komitmennya untuk memajukan UMKM yang ada di Kota Semarang.

Mulai dari menggelar event promotive di berbagai kecamatan, Hendi juga membuat kebijakan terkait pemakaian baju adat Semarangan bagi karyawan di lingkungan Pemerintah Kota Semarang sebagai wujud keinginannya memajukan UMKM Kota Semarang.

Adapun tujuan kebijakan Hendi yang diambil salah satunya adalah untuk meningkatkan perputaran ekonomi lokal di Kota Semarang

“Paling tidak kalau kita buat selama sebulan sekali, pasti akan ada korelasi yang signifikan untuk teman-teman UMKM di Kota Semarang. Memang ini kan nggak ada produk branded, ini buatan lokal UMKM,” ungkap Hendi.

Sementara itu, Hendi meminta pemakaian baju adat Semarangan tersebut dilakukan sebulan sekali tepatnya pada setiap Kamis minggu pertama.

“Dulu setiap hari Kamis ada batik khusus Semarang bagi temen-temen PNS. Dan hari ini kita pakai setiap minggu pertama di awal bulan,” imbuh Hendi.

Dengan adanya program ini, Hendi berharap roda perekonomian masyarakat Kota Semarang akan meningkat. Pasalnya Pemerintah Kota Semarang memiliki ribuan ASN sehingga harapannya dapat membeli produk UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) untuk dikenakan tiap bulan.

“PNS kita ini jumlahnya 13.000 jadi paling enggak ada 5,2 Milyar yang bisa dicapai. Artinya perputaran ekonomi Alhamdulillah bisa maju berkembang untuk Semarang semakin hebat,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Hendi pun menyampaikan bahwa baju yang dia kenakan adalah baju yang menyimbolkan Semarang secara sederhana.

“Karena ini pakai baju koko ya ini mestinya pakai baju yang lebih resmi lagi tapi dengan iket, dengan batik yang di iket juga di celana saya rasa produk-produk UMKM kita juga menjual hal-hal tersebut,” ujar Hendi.

BACA JUGA :   Tempat Wisata Baru Semarang, Sport Track Hutan Tinjomoyo, Ini Syarat Masuk dan Harga Tiketnya

Dalam kesempatan tersebut, Hendi juga mengungkapkan bahwa pakaian yang ia kenakan merupakan produk UMKM dengan harga yang terjangkau.

“Coba kita hitung selop saya Rp 100 ribu, Celana Rp 100 ribu, baju Koko Rp 100 ribu. Blangkon atau ikat Rp 25 ribu. Batik giri Rp 25 ribu karena kecil,” pungkasnya.***

Sharing:

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan